Tahun 2022 lalu, SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) menyelenggarakan webinar bertajuk “From 4Cs to 6Cs: What Should Teachers Know and Prepare for Successful Language Learning in the 21st Century” melalui Zoom dan kanal YouTube SEAQIL. Webinar tersebut mengajak para guru dan tenaga kependidikan di Asia Tenggara untuk memahami dan mengimplementasikan kecakapan 6C dalam pembelajaran bahasa di abad ke-21.
Direktur SEAMEO Secretariat, Ethel P. Valenzuela, memberikan sambutan pembukaan webinar dengan menjelaskan peran guru dalam pembelajaran abad 21. Menurut Ethel, guru bahasa harus menguasai keterampilan abad ke-21 serta terus mengasah dan meningkatkan keterampilan diri untuk memenuhi tuntutan global, kehidupan, dan pekerjaan.
Esra Deputi Direktur Program SEAQIL, menambahkan bahwa webinar ini menghadirkan pakar dan praktisi yang mumpuni, yakni Assoc. Prof. Suzanne Choo Shen Li (National Institute of Education, Singapura), Ismi Siti Fajarsih (SMAN 1 Kasihan, Indonesia), Siti Zakia (SMKN 2 Tebing Tinggi, Indonesia), dan Tri Hastuti (SMAN 1 Pasir Penyu, Indonesia).
Dalam pembelajaran bahasa, penerapan kecakapan karakter dan kewarganegaraan dapat dilatih salah satunya melalui pemberian materi belajar yang faktual. Sebagai contoh, guru dapat memberikan teks sastra sebagai jembatan pengembangan karakter melalui proses menganalisis, mengkritisi, dan mendiskusikan naskah tersebut.
Melalui penambahan peran kecakapan tersebut, keenam kecakapan abad ke-21 kemudian dikenal dengan istilah 6C, yakni character (karakter), citizenship (kewarganegaraan), critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi), dan communication (komunikasi).
Salah satu ciri dari implementasi kecakapan 6C dalam pengajaran bahasa di abad ke-21 adalah munculnya aspek humanis dalam pendidikan, seperti pendidikan dan kurikulum yang berpusat pada nilai dan karakter, tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan materi mata pelajaran.
Melalui pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan tidak hanya dapat belajar bahasa, tetapi juga belajar menggunakan bahasa yang dipelajarinya dengan lebih bermakna dan berkaitan dengan lingkungan sekitar. Secara bersamaan, proses belajar tersebut turut terdorong siswa untuk menjadi warga negara yang humanis dalam masyarakat global abad ke-21.***
Berita selengkapnya bisa dibaca melalui laman website di sini.