Rekomendasi untuk Teman-teman Bimbel Pandu kali ini jatuh pada buku terjemahan bersampul biru tua.
Meeting Muhammad merupakan buku nonfiksi karya Omar Suleiman. Diterbitkan oleh Kube Publishing pada 2022. Versi terjemahan Bahasa Indonesia oleh Herman Ardiyanto dan terbit di Noura Publishing pada 2023 dengan tebal 240 halaman.
Buku bersampul biru tua dengan rembulan terang di bagian atas berhasil membuat siapapun terkesima dan takjub. Sangat menyenangkan sekaligus menenangkan. Terlebih ketika membaca bagian, ‘Merasakan hidup bersama Nabi SAW’. Bukankah hal tersebut adalah suatu hal yang paling didambakan orang-orang?
Membaca buku ini akan membawa kamu pada cerita-cerita masa lampau, tepat sebelum dan semasa Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Termasuk cerita-cerita tentang Kanjeng Nabi Muhammad yang diutus untuk menyempurnakan akhlak. Jika sebelumnya Teman-teman Bimbel Pandu sudah banyak membaca riwayat tentang Rasulullah, maka melalui Meeting Muhammad, akan semakin terlengkapi, seperti membuka pintu baru dan mulai mendengarkan dengan seksama.
Ada 30 bab dalam buku ini. Pembahasan yang cukup melengkapi apa saja tentang Kanjeng Nabi SAW, dari kondisi fisik, cara berbicara, tersenyum, cara menjelaskan dan menegur sesuatu, sampai akhlak dan perilaku sehari-hari yang patut diteladani.
Membaca buku ini rasanya ada hal-hal yang membuat semakin takjub sekaligus tidak menyangka, bahwa beliau, Rasulullah adalah orang yang sangat dekat dengan semua orang, mampu menempatkan diri, peka terhadap sekitar, dan yang paling menarik adalah tetap menjadi manusia, seperti manusia pada umumnya yang lengkap dengan emosi dan perasaan. Bisa senang, sedih, marah. Bahkan dalam suatu kisah di bagian Ditinggal Anaknya, Kanjeng Nabi Muhammad SAW menangis. Hal tersebut membuat para sahabat bertanya-tanya, Rasulullah menjelaskan, “Respon emosionalnya adalah bentuk rahmat yang dimasukkan Allah SWT ke dalam jiwa; air matanya adalah bentuk rahmat ilahiah yang ditimbulkan Allah SWT dalam hatinya.”
Ada kisah lagi yang berhasil yang mungkin akan membuat kamu ingin sekali bergabung, adalah berdiskusi langsung dengan Kanjeng Nabi Muhanmad SAW. Bagaimana rasanya? Dari keterangan Jabir r.a, “Setelah sholat subuh, beliau duduk di tempatnya dan berzikir. Tapi, setelahnya, beliau bergabung dengan para sahabat,” dan topik dalam diskusi terkait dengan masa jahiliah atau lainnya sampai membaca puisi.
Hal yang menarik lagi dari diskusi bersama Kanjeng Nabi SAW ini adalah beliau tidak mendominasi dalam obrolan, tersenyum, tenang, terkadang diam dan berzikir, dan beristighfar memohon ampunan.
Kanjeng Nabi Muhammad SAW bisa memahami bahasa hewan dan tumbuhan. Bahkan, ketika pohon kurma yang tumbuh di seberang tempat beliau berdiri sedang menangis. Sungguh, sangat peka! Jadi, alangkah lebih baiknya kamu membacanya juga.
Terjemahan dari buku ini tidak mblibet, cukup mengalir dan mudah dipahami. Ada banyak cerita yang akan membawamu dalam satu masa dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Bahkan ketika di malam yang gelap bertemu dengan Kanjeng Nabi SAW, Abu Bakar r.a, dan Umar bin Khatab r.a. Atau tentang kerinduan beliau, dijelaskan dari halaman 230, “Ada orang-orang dari umatku yang datang setelahku, tetapi mereka sangat mencintaiku sehingga rela kehilangan keluarga dan hartanya asal dapat melihatku.”