Rekomendasi kali ini jatuh pada buku bersampul biru dengan ilustrasi laki-laki dan perempuan yang sedang bergandengan. Melalui buku ini, Teman-teman Bimbel Pandu akan mengetahui beda respon antara laki-laki dan perempuan.
Men are from Mars, Women are from Venus, merupakan buku nonfiksi karya John Gray yang diterjemahkan T. Hermaya dan diterbitkan di Indonesia oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama dengan tebal 438 halaman. Versi pertama dari buku ini terbit pada tahun 1992.
Buku yang cukup tebal dan berbobot. Ada 13 bab dan cukup panjang. John Gray memulai dengan menjelaskan penyebutan klasik tentang dua hal berbeda, pria dari Mars dan wanita dari Venus. Maka tidak mengherankan ketika keduanya bertemu, akan menemui banyak perbedaan. Namun, jangan buru-buru kecewa, ada banyak hal baik yang disampaikan penulis. Misalnya pria dan wanita punya kebiasaan yang berbeda dalam menangani masalah dan merecharge energi. Mereka akan memilih jalan atau copping stres yang berbeda. Dicontohkan dalam beberapa bab, ketika pasangan belum mengerti bagaimana cara alamiah pria dan wanita dalam mencari jalan keluar, bisa salah kaprah dan memicu pertengkaran. Dalam buku juga dijelaskan, kalau pria dan wanita ketika tiba-tiba menyendiri, mereka butuh waktu dan akan kembali lagi. Jangan cemas, mereka perlu me-time.
Memasuki bagian yang cukup menarik. John Gray membagikan tips sederhana, terutama dalam menyampaikan pertanyaan dan respon. Misalnya, bagaimana mendengarkan tanpa menjadi marah. Nah, untuk memudahkan, dibuat tabel, dari yang harus diingat sampai apa yang harus dilakukan sampai tidak boleh dilakukan. Seperti, mengingat bahwa perasaan yang muncul saat marah memang tidak masuk akal. Lalu ada beberapa pilihan, antara lain dengan tidak tergesa-gesa mengatakan sesuatu, harus santai dan jangan menguasai. Jadi penasaran, kan?
Ada cara yang cukup menarik dan direkomendasikan oleh John Gray, adalah dengan menulis surat. Melalui menulis surat bisa menjadi salah satu pilihan dalam meredamkan amarah dengan pasangan. John Gray memberikan opsi ini untuk suami-istri yang tengah marah-marah, dan, perlu diketahui, menulis surat yang ini ada langkah-langkahnya. Misalnya dengan mengurutkan ungkapan perasaan-perasaan dari marah, sedih, takut, penyesalan, dan kemudian cinta. Ada bab khusus yang membahas bagian ini!
Bimbel Pandu mengutip dua bagian penting dalam proses membaca dari halaman-halaman ini. Begini, “Ironisnya, justru tindakan menghindar ini memberi kekuatan kepada perasaan-perasaan negatif itu untuk menguasai hidup kita. Dengan belajar mendengarkan dan memuaskan perasaan-perasaan batin kita, lambat- laun perasaan-perasaan itu akan berkurang pengaruhnya.” (Halaman: 358).
“Jika Anda meluangkan waktu untuk mendengarkan perasaan-perasaan Anda, berarti Anda mengatakan kepada manusia kecil perasa di dalam batin Anda: kau penting, kau layak didengarkan, dan aku benar-benar mau mendengarkan.” (Halaman: 369).
Teman-teman Bimbel Pandu jika ingin membaca buku ini dan sudah memiliki pasangan, coba diajak baca bareng alias bookdate. Kalau belum, tidak masalah, hitung-hitung sebagai bekal untuk ke jenjang selanjutnya. Serta teruntuk orang-orang yang sering mengatakan kalau wanita terlalu sering menggunakan perasaan sedangkan laki-laki menggunakan logika, monggo, masukkan buku ini ke dalam wishlistmu segera!