Muhammadku Sayangku merupakan buku karya Edi AH Iyubenu. Terbit di Penerbit Diva pada 2019 dengan tebal 236 halaman.
Dibuka dengan pengantar dari oleh Habib Husein Ja’far Hadar dengan mengutip QS. Al-Ahzab: 56 yang berbunyi (dalam terjemahan Indonesia), “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Tentu saja hal tersebut sudah tidak asing lagi ditelinga Teman-teman Bimbel Pandu, karena sedari kecil selalu diajarkan oleh orang tua untuk selalu bersholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW sesingkat apapun.
Ada 31 bab dalam buku Muhammadku Sayangku. Tidak terlalu banyak dan tidak berat. Penulis menulisnya dengan bahasa yang paling mudah agar bisa dibaca siapa saja. Membaca buku ini, kamu akan dibawa pada masa lalu, pada masa Kanjeng Nabi Muhammad SAW awal-awal berhijrah.
Semakin bertambah halaman, pembahasan dari buku Muhammadku Sayangku tambah mendalam dan kompleks. Hal ini akan membantu kamu lebih mengenal Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan menambah rasa syukur.
Ada bab berjudul, Cahaya di Atas Cahaya, Sebab Agung Segala Penciptaan yang cukup menarik, karena melalui bagian ini kamu akan diperkenalkan lagi, Kanjeng Nabi SAW adalah cahaya yang lebih terang dari cahaya. Kamu harus membaca bagian ini, deh.
Mengutip dari halaman 31, dalam sebuah hadis Qudsi yang sangat terkenal, Allah SWT berfirman, “Alam semesta ini bukanlah tujuanKu, tetapi engkaulah, wahai Muhammad, tujuanKu menciptakan alam raya ini.” dilanjutkan dalam riwayat lain (pada halaman 36), dikatakan, “Jika bukan karena engkau, Muhammad, maka takkan ada penciptaan alam raya ini.”
Lanjut lagi ke bagian-bagian yang lain. Kamu akan menemui kisah dari para sahabat, Abu Bakar, Ummar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, serta beberapa kisah dari Ibu Khadijah, Ibu Aisyah, Fatimah, serta cerita Hasan dan Husein cucu Kanjeng Nabi SAW yang teramat disayangi, sampai para sahabat-sahabat Kanjeng Nabi SAW. Melalui buku ini semakin jelas, ternyata Rasulullah juga tidak sesepaneng itu.
Lebih dari itu ada beberapa bab yang bercerita tentang kisah tauladan yang relevan untuk diaplikasikan kembali, seperti keluasan ilmu yang dimiliki Ali bin Abi Thalib, perilaku tolong menolong, sampai berhati-hatinya seseorang dalam menjaga kesucian termasuk kehalalan makan dan minum.
Mengutip dari halaman 142, “Jika kita kini sedang rajin taat beribadah kepadaNya, seyogianya hal tersebut senantiasa diyakini sebagai karunia Allah SWT, pertolonganNya semata, sehingga kita bisa terus memohon dengan rendah hati kepadaNya, pula tawadhu’ kepada yang lain.” kemudian dilanjut pada paragraf selanjutnya, “Mestinya pula begitulah kita memandang orang lain yang secara lahiriah belum sesuai dengan ajaran syariat. Sikap begini akan mengantar kita untuk mengedepankan welas asih dan cinta kepada orang lain. Al-Qur’an menyebut rahmat.”
Engkau bagai matahari, engkau bagai bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya. Engkau bagaikan emas murni yang mahal harganya, engkaulah pelita hati.