Rekomendasi Buku Hari Sabtu: Mangir dan Mataram Berseteru di Masa Lalu

sumber foto: gramedia[dot]com

Rekomendasi buku Sabtu ini jatuh pada karya Pramoedya Ananta Toer. Teman-teman Bimbel Pandu pasti sudah tidak asing lagi dengan sastrawan legenda di Indonesia ini. MANGIR sebuah cerita tutur yang diingat masyarakat Jawa Tengah yang kemudian dituliskan ulang oleh Pramoedya Ananta Toer.

Buku Mangir versi yang ini adalah terbitan dari Penerbit KPG dengan cetakan pertama di tahun 2000 yang memiliki tebal 114 halaman.

Saya cukup terkejut ketika membaca bagian persembahan, yang menyelamatkan karya ini. Perlu Teman-teman Bimbel Pandu ketahui bahwa naskah Mangir yang sudah ditulis Pak Pram sewaktu di pengasingan sempat hilang.

Mangir berisi percakapan-percakapan seperti dalam naskah drama yang sedikit narasi. Tetapi, ketika membaca bagian awal atau pengantar, itu sudah cukup untuk mendapat gambaran tentang isi buku. Dijelaskan juga ada banyak versi, dari Mataram maupun Mangir.

Lokasi cerita ada di Mangir dan Mataram. Mangir merupakan desa perdikan yang tidak jauh dari Mataram. Teman-teman Bimbel Pandu masih ingat pelajaran sejarah tentang kerajaan Mataram Islam? Nah, benar.

Berdasarkan cerita dalam buku tersebut, Mataram sempat setakut itu dengan Mangir. Mangir pernah memiliki panglima perang seperti Wanabaya, penasihat sekaligus panglima perang Baru Klinting, dan para demang yang setia. Dijelaskan juga kalau Desa Mangir sangat subur dan makmur.

Tidak bisa dipungkiri membaca buku drama ini sedikit ada kebosanan, bagaimana tidak isinya dialog antar tokoh yang kadang nyambung tapi banyak tidak nyambung. Khas drama lakon di panggung atau ketoprak, yang antar tokoh kadang ngomong pakai bahasa kiasan. Apalagi ketika para demang mengobrol. Tenang saja, bahasa yang digunakan dalam buku adalah bahasa Indonesia.

Ada tiga babak dalam buku Mangir. Pertama dan kedua berlatar tempat di Desa Mangir dan ketiga di Mataram. Tokoh-tokoh yang disebut juga tidak sebanyak novel hisfic. Ada beberapa ilustrasi tokoh, seperti Wanabaya, Baru Klinting, Putri Pambayun, Panembahan Senapati, dan Ki Ageng Pamanahan.

Baca Juga :  Rekomendasi Buku Hari Sabtu: Kebiasaan Kecil yang Bisa Mengubah Hidup Melalui 99 Wisdom

Lanjut sedikit ke isi. Saya sempat ikut jengkel ketika Wanabaya menggandeng Putri Pambayun. Bukan tanpa alasan, tetapi, karena sebelum itu dan tanpa bosan, Baru Klinting dan para demang Perdikan Mangir mengingatkan kalau Wanabaya harus hati-hati memilih seorang pendamping dengan berbagai pertimbangan, karena salah satu hal yang paling ditakutkan mereka adalah telik sandi dari Mataram.

Lalu ke Mataram. Penasihat Mataram Islam yang bernama Tumenggung Mandaraka atau Ki Juru Martani ternyata bukan orang tua biasa. Bahkan, Panembahan Senapati pun manut dengan beberapa saran dari Ki Juru Martani. Kompleks banget. Membaca buku fiksi sejarah memang selalu seru. Terima kasih, Pak Pram dan orang-orang yang telah menyelamatkan dan mengabadikan karya mahal ini. Jalan-jalan Mangir sampai Mataram di zaman dulu berhasil terlaksana melalui buku ini.

Bagikan :

Artikel Lainnya

Rekomendasi Long Weekend ke Sema...
Halo Sobat Bimbel Pandu! Asyik! Liburan panjang yang jatuh pad...
Stop Bullying di Sekolah! Sadari...
Halo Sobat Bimbel Pandu! Saat ini, kita sering mendengar dan m...
Musim Buah Rambutan
Halo Sobat Bimbel Pandu! Siapa nih yang suka rambutan? Sekaran...
Yuk, Kenali Gaya Belajarmu!
Halo Sobat Bimbel Pandu! Setiap orang memiliki cara belajar ya...
Stop Begadang! Mulai Jaga Kualit...
Halo Sobat Bimbel Pandu! Siapa di sini yang suka begadang? Hay...
Siklus Hidup Kupu-Kupu : Dari Te...
Halo Sobat Bimbel Pandu! Kupu-kupu, si serangga cantik yang te...

Hubungi kami di : 081391427950

Kirim email ke kamibimbelpandu@gmail.com