Idola dari Tanah Jawa

Sumber foto: kompasiana[dot]com

Mengidolakan idola di zaman modern sudah menjadi hal yang biasa bagi remaja, terlebih ketika gadget sudah menguasai kehidupan. Lihat saja di lingkungan tempat tinggal, satu orang satu gadget sudah menjadi hal yang lumrah, bahkan lebih dari itu. Tidak salah lagi jika remaja di Indonesia juga mengikuti trend luar negeri, misalnya memiliki banyak akun media sosial, cara berpakaian, berbicara, bahkan perilaku pun mengikuti trend.

Alih-alih dengan alasan mengikuti perkembangan zaman agar tidak menjadi golongan manusia yang gaptek dan kuper. Misalnya yang dilakukan para remaja yang kebanyakan mengikuti cara berpakaian dan tingkah laku sang idola. Rambut diwarnai, celana robek, bahan pakaian kurang dan masih banyak lagi, yang justru dianggap suatu kewajaran dan kemodernisasian.

Selain karena faktor keluarga dan lingkungan, tokoh idola juga menjadi faktor penentu terbentuknya perilaku seorang remaja. Jadi, diharapkan untuk para remaja untuk tetap memilah dan memilih tokoh idola untuk di idolakan. Misalnya tokoh idola memiliki banyak kekurangan harus dicari sisi kebaikan, jangan malah meniru semua keburukan yang ada dalam tokoh idola.

Di Indonesia juga terdapat banyak tokoh dan sangat baik untuk dijadikan tauladan. Mari menengok sebentar ke masa lampau. Pada materi Sejarah, banyak diterangkan tokoh-tokoh yang berjuang untuk kemerdekaan, dll.

Ada satu tokoh yang akan Bimbel Pandu bahas. Kesehariannya mengenakan pakaian lurik serta mengenakan blangkon, siapa yang tak mengenalnya? Beliau salah satu tokoh penyebar syiar agama Islam di Tanah Jawa, menggunakan lakon wayang dalam menyebarkan Islam, salah satu pendiri sekaligus kreator dalam pembangunan Masjid Agung Demak. Yups, beliau adalah Sunan Kalijaga, salah satu dari Walisongo.

Raden Mas Said adalah nama aslinya, putra dari adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Diperkirakan pemilik nama Raden Mas Said lahir pada tahun 1450 M. Menurut sejarah, masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari seratus tahun. Dengan demikian beliau menjumpai masa akhir dari kekuasaan Majapahit, Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Padang serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati.

Baca Juga :  Rekomendasi Buku Hari Sabtu: Membaca Sisi Lain Diponegoro

Ternyata sebelum terkenal dengan nama Sunan Kalijaga, Raden Mas Said juga sering dijuluki sebagai Lokajaya atau Brandal Lokajaya. Menurut cerita yang paling terkenal, sebelum menjadi Walisongo, Raden Mas Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan milik pejabat. Hasil curian dan rampokan beliau bagikan kepada orang-orang miskin. Hingga suatu ketika, Raden Mas Said bertemu seorang lelaki tua dengan tongkat di hutan. Dilihatnya tongkat itu adalah emas. Tak segan-segan Raden Mas Said merampas tongkat tersebut. Katanya, hasil rampokan itu akan dibagikan kepada orang-orang miskin.

Mendengar pernyataan Raden Mas Said, lelaki tua menasehati bahwa hal yang dilakukannya tidak benar, dan Allah tidak akan menerima amal yang buruk. Lelaki tua yang tak lain adalah Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang. Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai.

Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, beliau menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian, namun ada riwayat lain menyebut puluhan tahun, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena beliau telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai. Maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang.

Baca Juga :  Rekomendasi Buku Hari  Sabtu: Merayakan Maulid Nabi Melalui Buku Muhammadku Sayangku

Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dikaruniai tiga anak yaitu, R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukayuh, dan Dewi Sofiah. Dalam berdakwah Sunan Kalijaga atau yang juga disebut sebagai Pangeran Tuban menggunakan metode yang berbeda. Karena pada zaman itu (baca: zaman Kerajaan Hindu-Budha) banyak tradisi yang sudah melekat pada masyarakat Jawa, sehingga sulit untuk menghilangkannya dari kebiasaan. Beliau berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya, maka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam.

Metode yang beliau gunakan antara lain melalui seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Beliaulah yang menggagas baju takwa, lakon carangan Layang Kalimasada. Sebelum masanya, wayang telah menjadi hiburan bagi masyarakat, dengan lakon pewayangan dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Hanya saja pada masa itu semua tokohnya di adaptasi dari India. Hingga datanglah Sunan Kalijaga dengan membuat inovasi terbaru yaitu menambahkan Punakawan dalam dunia pewayangan di Nusantara. Tak hanya itu saja, cerita-cerita Mahabarata juga disisipkan ajaran-ajaran Islam sehingga mempermudah masyarakat yang pada waktu itu memeluk agama Hindu. Yang paling terkenal diantaranya adalah Petruk Dadi Ratu (Petruk Jadi Raja).

Akulturasi budaya beliau lakukan guna menghindari perpecahan, saling memusuhi, pendekatan-pendekatan inilah yang pada akhirnya muncul perayaan sekaten, grebeg maulud, tahlilan. Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga,  serta masjid Agung Demak dengan tiang tatal (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang uatama masjid juga kreasi dari Sunan Kalijaga.

Baca Juga :  Rekomendasi Buku Hari Sabtu: Cerita-cerita Kolonial dari Teh dan Pengkhianat

Sunan Kalijaga tak hanya dikenal di masyarakat Jawa, melainkan seluruh masyarakat Indonesia (Nusantara) bahkan beberapa fakta lainnya mengabarkan Sunan Kalijaga telah dikenal di masyarakat Malaysia, Thailand, seluruh daratan Melayu. Tak salah Sunan Kalijaga juga dijuluki sebagai Syekh Malaya karena berkelananya sampai Asia Tenggara.

Makamnya di Kadilangu, Demak. Kini sering di ziarahi banyak orang dari berbagai kota di Indonesia. Walau pun Sunan Kalijaga sudah lama tiada, tetapi ajaran-ajaran dari beliau tetap melekat dalam keseharian masyarakat di Indonesia terutama di Jawa. Bahkan, pituturnya banyak sekali ditemui sekarang ini, Memayu hayuning bawono, ambrasto dur hangkoro yang artinya manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka. Atau Ojo kuminter mundak keblinger, ojo cidra mundak cilaka yang artinya jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

Namun sangat disayangkan di zaman modern semuanya seakan lenyap tertimbun globalisasi. Perjuangan para tokoh dahulu pun para remajanya jarang yang mengetahui, jangankan perjuangannya nama tokohnya saja terkadang tak ingat. Marilah mulai sekarang mulai mengenal dan mengidolakan idola dari dalam. Jika ada yang menanyakan, prestasi apa saja yang telah diraih para pendahulu negeri? Jawabannya, membebaskanmu dari belenggu kebodohan, belenggu penjajahan, bahkan menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang sekarang tertanam pada hati kecilmu.

Bagikan :

Artikel Lainnya

Alasan Untuk Tidak Makan Sambil ...
Halo Sobat Bimbel Pandu! Pernah gak sih, lagi buru-buru terus ...
Strategi Ujian Anti Kehabisan Waktu
Halo Sobat Bimbel Pandu! Saat sedang ujian itu rasanya waktu c...
5 Tanda Tubuh Kamu Kurang Gerak
Halo Sobat Bimbel Pandu! Kehidupan sehari-hari seringkali memb...
Catat! Daftar Materi Subtes UTBK...
Halo Sobat Bimbel Pandu! Yang sedang belajar buat persiapan UT...
Kegiatan Positif Agar Ramadhan P...
Halo Sobat Bimbel Pandu! Bulan Ramadhan merupakan Bulan yang p...
Jangan Bingung! Ini Perbedaan Pu...
Halo Sobat Bimbel Pandu! Sudah persiapan melakukan pendaftaran...

Hubungi kami di : 081391427950

Kirim email ke kamibimbelpandu@gmail.com